Rabu, 06 Mei 2015

Tentang Rasa (Revisi)

Tentang Rasa (Revisi)

9 Januari 2011 pukul 5:17
Tentang Istana Kedua,

~ Aku perempuan normal, penuh cinta, tak banyak meminta dan hanya mendamba bahagia.

~ Aku seorang pemimpin dari sebuah keluarga bahagia dan tak terpikir sedikit pun untuk menghancurkannya. Tapi jika aku mampu ada keinginanku untuk membuatnya bertambah, membangun istana kedua untuk membagi rasa dengan seseorang yang telah membuatku jatuh cinta (lagi).

Ketika poligami menjadi sebuah fenomena di masyarakat luas dan menjadi dilema bagi para (calon) pelakunya, ini menjadi sangat menarik untuk diungkapkan.
Hmmm...akhir-akhir ini dunia maya begitu merajalela, dunia seolah tak berbatas. Sehingga besar kemungkinan untuk memperluas jaringan pertemanan tanpa harus melangkah ke luar rumah.
Berawal dari perkenalan langsung atau mungkin dikenalkan teman bukan tidak mungkin bisa terjalin satu komunikasi yg intens. Mau tidak mau pasti terjadi. Tapi kembali lagi ke niat dari setiap orang yang pastinya tidak bisa dipukul rata.
Bagi seseorang dengan kehidupan yg normal (baca:baik-baik saja) kecil kemungkinan terjadi hal-hal yg tidak diinginkan. Setidaknya mereka lebih memiliki kontrol, masih bisa berpikir jernih.
Sedang bagi mereka yg sedang dilanda masalah sangat rentan utk terjerumus dalam masalah baru. Entah itu hubungan pertemanan yg melebihi batas normal, atau bahkan terjalinnya satu komitmen baru.
Entahlah, apakah ini pertanda bahaya. Ketika perselingkuhan menjadi hal yang biasa dan tak bisa lagi dihindari. Perselingkuhan adalah salah satu penyebab perpecahan dalam suatu hubungan dan tampaknya menjadi faktor utama. Ketidakpuasan, kekecewaan terhadap pasangan biasanya dijadikan alasan selain tentu ada faktor lain. Misalnya hanya karena iseng lalu terjadi perselingkuhan, karena intensnya komunikasi sehingga dapat menyebabkan ketergantungan.
Kembali ke pokok bahasan poligami. Manusiawi jika pada hakekatnya banyak lelaki yg tidak puas dengan satu istri, lalu mereka memutuskan mengambil perempuan lain utk dijadikannya istri kedua dan seterusnya. Dengan alasan Al-Quran pun membolehkan. Hanya saja kadang niat mereka melenceng jauh dari aturan dan hanya mengedepankan napsu.
Yang jadi permasalahan adalah tidak manusiawi jika seorang perempuan mau dengan sukarela menjadi Penghuni Istana Kedua, kecuali ada faktor lain yang kuat menyebabkannya. Karena kecewa, putus asa dan cinta yang meraja pada seseorang yg dia kagumi.
Ketika kita memahami perasaan sesama perempuan, menjadi yang pertama dan menjadi penghuni istana kedua sama tak mengenakannya. Akan menyakitkan bagi keduanya. Ketika kita dituntut untuk bisa ikhlas, berbagi cinta, harta dan raga (suami), di sanalah letak ujiannya.
Maka itu...SURGA bagi keduanya jika mampu hidup di antara 3 cinta dengan BENAR, karena untuk menjadikannya indah tentunya tak mudah.

Tentang "Hidup" Kedua,

Ternyata menjalani "hidup" kedua (pernikahan kedua) pun tak seindah yang dibayangkan, sama tak mudahnya dengan menjadi penghuni istana kedua. Dua pasangan berpisah, kemudian dua orang di antaranya mencoba membangun komitmen utk bersatu dalam cinta. Semua terlihat sangat sederhana, tapi tentu saja tidak. Akan ada banyak rintangan yang harus dihadapi. Dan itu butuh waktu utk meredakan gejolak yg pasti terjadi, lama atau tidaknya sangat bergantung bagaimana pasangan itu bisa menyikapinya.

~ Bayang-bayang sang mantan yang tentunya masih akan terus hadir karena terikat kuat oleh adanya buah hati dari pernikahan sebelumnya.
~ Kecemburuan pada sang mantan bukan tidak mungkin akan menjadi derita yang menekan dan bisa menjadi salah satu penyebab pertengkaran.
~ Pembagian perhatian akan menjadi masalah yang tak terelakkan.

Hmmm...sama sekali tak tampak indah-indahnya ya.
Tapi jika semuanya dijalani dengan BENAR, penuh sabar, ikhlas dari hati Insya Allah semuanya bisa dinikmati. Yang terpenting saling terbuka, saling mengingatkan dan saling menjaga perasaan mengingat di tengah-tengah mereka ada anak-anak yg juga harus dijaga perasaannya.

Akhirnya...tak ada hidup yang sempurna, semuanya kembali pada kita para pelakunya....karena kita tahu HIDUP adalah PILIHAN, tetap bertahan atau mencoba berspekulasi dengan masa depan.

Ibu RT Punya Cerita

  • Ibu RT Punya Cerita

Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku akan menikah di usia muda. Harapanku untuk bisa terus belajar demi meraih cita – cita akhirnya berbuah kecewa hanya karena satu kesalahan saja ! Tapi aku tak mau terus meratapi semua yang sudah terjadi, kucoba bangkit kembali…….memulai hidup baru menikmati dunia yang juga baru.
Dunia berumah tangga ! Itulah yang kala itu kucoba jalani dengan sepenuh hati. Mensyukuri jodoh yang Tuhan beri, seorang suami yang kuyakini baik hati dan mampu mengasihi. Bersamanya aku banyak belajar, setidaknya bisa menjalani hidup dengan benar !
Tak terasa tahun demi tahun telah terlewati, suka duka kami lalui bersama hingga Tuhan beri kami tiga putri cantik yang terlahir sehat dan sempurna. Tawaran dari orangtua untuk kembali melanjutkan sekolah aku tolak mentah – mentah, dengan alasan “malas ah, mending ngurusi anak – anak saja” . Di satu sisi aku menyadari, untuk itu pun harus ada izin dari suami. Itu pasti !
Entahlah, kemana larinya cita – citaku yang dulu. Cita – cita menjadi wanita bekerja yang selalu terlihat rapi dan cantik, pergi pagi pulang petang. Tapi jangan salah, obsesiku untuk bisa tampil seperti perempuan bekerja bisa terlaksana ketika aku menyibukkan diri di organisasi wanita di perusahaan tempat suamiku bekerja meskipun hanya dua kali dalam sebulan.
Hmmm……..Ternyata kalau kita mau mensyukuri, profesi ibu rumah tangga asyik juga untuk dinikmati. Ada kepuasan tersendiri saat mengurusi anak – anak dan suami.
Ketika menyaksikan anak – anak tumbuh sehat, ceria dan patuh kepada orangtua.
Bangga ketika suami berprestasi karena itu tak lepas dari peran kita sebagai istri.
Semua tampak berwarna ketika sedang bersuka, semua tampak indah ketika hati tak sedang gundah.
Tapi semuanya tak selalu mudah. Ada masalah ?? Pastilah IYA !!
Beban pekerjaan di rumah, ketika anak – anak mulai berulah, belum lagi suami yang coba – coba cari “masalah”. Hufftt……terkadang ada rasa lelah, ingin marah dan lari dari masalah. Tapi aku harus terus semangat……tak boleh menyerah apalagi kalah, aku harus mencari celah untuk bisa terus bergairah.
Tahu apa yang aku lakukan ??
Kuambil kertas !! Di situlah segala keluh kesah bisa kutumpahkan hingga tuntas tak berbekas.
Puas……..lepas……bebas……
Hingga akhirnya kebiasaan mengekspresikan isi hati, menuangkan buah pikiran yang kadang inspirasinya dari kalian teman…..membuat aku terlatih merangkai kata menjadi sebuah tulisan atau hanya sekedar puisi curahan hati.
Sekarang, semuanya hanya kujadikan koleksi pribadi dan untuk kunikmati sendiri. Tapi nanti, aku berharap itu semua bisa menjadi profesi yang bisa kugeluti tanpa harus meninggalkan rumah, anak – anak dan suami.
Terlalu muluk ga ya kalau aku ingin menjadi Penulis ?
Aku yakin semua yang berawal dari hobi Insya Allah bisa mendatangkan rezeki.  
Saat ini yang kubutuhkan adalah kepercayaan dari keluarga dengan tidak memandang sebelah mata, dukungan dari teman – teman dengan kritik yang membangun dan yang pasti dari suami tercinta yang kuharapkan keikhlasannya membantu memfasilitasi. Amien YRA.